Kamis, 11 Agustus 2016

Pengertian Pantun, Struktur, Kaidah Kebahasaan dan Contoh Teks Pantun

DR - Dibandingkan dengan puisi lainnya, pantun tergolong paling populer dan tidak lekang oleh waktu. Teks Pantun juga termasuk tema pelajaran bahasa Indonesia yang cukup digemari dan menarik untuk dipelajari. Belajar pantun, tidak hanya mengasah perbendaharaan kata, tetapi juga bisa bermain kata dengan pantun. Artinya, pantun dapat membuat seseorang berkreasi dengan kata-kata dan bahasanya.
 
Pengertian Teks Pantun
Pantun merupakan jenis puisi lama dalam kesusastraan bahasa Indonesia. Puisi lama asli Indonesia ini lazimnya terdiri dari empat larik (baris) tiap baitnya dan bersajak a-b-a-b. Keseluruhan bentuk pantun hanyalan berupa sampiran dan isi. Sampiran terletak pada baris pertama dan kedua, sedangkan isi terletak pada baris ketiga dan keempat yang merupakan tujuan dari puisi tersebut.
Struktur Teks Pantun
Teks pantun ditata dengan struktur teks yang terdiri dari:
  1. Sampiran, terletak pada dua baris pertama dan biasanya tidak ada hubungan dengan bagian kedua (isi).
  2. Isi, dua baris terakhir yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Meskipun pada umumnya sampiran tidak berkaitan dengan isi, namun kadang-kadang bentuk sampiran membayangkan isi. Kedudukan sampiran dan isi tidak dapat dipertukarkan. Sebuah pantun selalu diawali dengan sampiran dan kemudian diikuti dengan isi.

Kaidah kebahasaan atau unsur kebahasaan teks pantun diantaranya yaitu adanya diksi, bahasa kiasan, imaji, dan juga bunyi. Untuk lebih jelasnya mengenai kaidah kebahasaan tersebut silahkan simak penjelasannya dibawah ini.
  1. Diksi, adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
  2. Bahasa kiasan, adalah bahasa yang digunakan pelantun untuk menyampaikan makna secara tidak langsung . Bahasa kiasan ini biasanya berupa peribahasa atau ungkapan tertentu untuk menyampaikan makna berita.
  3. Imaji, penggambaran yang dicipatakan oleh pelantun secara tidak langsung. Hal yang dapat dilihat atau seolah-olah digambarkan dalam teks pantun adalah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
  4. Bunyi, biasanya muncul dari kiasan, imaji, serta diksi yang diciptakan ketika menuturkan pantun. Dalam bunyi, akan terlihat unsur rima (rhyme) dan ritme (rhytm). Rima merupakan unsur pengulangan bunyi pada pantun, sedangkan irama adalah turun naiknya suara secara teratur. Bunyi selain untuk memperindah bunyi pantun, diciptakan juga agar pelantun dan pendengar lebih mudah mengingat serta mengaplikasikan pesan moral dan spiritual yang terdapat dalam teks pantun.
https://lh3.googleusercontent.com/Cs_E8xKoaP3stdts0TK73ORlR5HW72il5huitFsiRkpNyFLVZEG1-4uIsHUcr5Cazuo=w300


Pisang emas dibawa berlayar,
masak sebiji diatas peti.
Hutang emas boleh dibayar,
hutang budi dibawa mati.
Bunga melati bunga di darat,
bunga seroja di tepi kali.
Hina besi karena karan,
hina manusia tidak berbudi
Pinang muda dibelah dua,
manik-manik mati di rembah.
Dari muda sampai ke tua,
pengajaran baik jangan diubah.
Di tepi kali saya menyinggah,
menghilang penat menahan jerat.
Orang tua jangan disanggah,
agar selamt dunia akhirat.
-Semoga Bermanfaat-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar