DR
Sumber 1
Sosialisasi adalah suatu proses sosial yang terjadi apabila seseorang mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai dengan perilaku kelompoknya. Peter L. Berger, sosiolog dari Amerika Serikat menjelaskan bahwa sosialisasi adalah proses pada seorang anak yang sedang belajar menjadi anggota masyarakat. Adapun yang dipelajari dalam proses sosialisasi adalah peranan pola hidup dalam masyarakat yang sesuai dengan nilai dan norma ataupun kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, anak itu dapat menjadi anggota masyarakat. Ia akan dapat menyelaraskan dirinya dengan lingkungan masyarakatnya.
Sosialisasi merupakan proses belajar mengajar mengenai pola-pola tindakan interaksi dalam masyarakat sesuai dengan peran dan status sosial yang dijalankan masing-masing. Dengan proses itu, individu akan mengetahui dan menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-masing dan kebudayaan suatu masyarakat.
Tujuan sosialisasi sebagai berikut.
Sumber 1
Sosialisasi adalah suatu proses sosial yang terjadi apabila seseorang mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai dengan perilaku kelompoknya. Peter L. Berger, sosiolog dari Amerika Serikat menjelaskan bahwa sosialisasi adalah proses pada seorang anak yang sedang belajar menjadi anggota masyarakat. Adapun yang dipelajari dalam proses sosialisasi adalah peranan pola hidup dalam masyarakat yang sesuai dengan nilai dan norma ataupun kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, anak itu dapat menjadi anggota masyarakat. Ia akan dapat menyelaraskan dirinya dengan lingkungan masyarakatnya.
Sosialisasi merupakan proses belajar mengajar mengenai pola-pola tindakan interaksi dalam masyarakat sesuai dengan peran dan status sosial yang dijalankan masing-masing. Dengan proses itu, individu akan mengetahui dan menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-masing dan kebudayaan suatu masyarakat.
Tujuan sosialisasi sebagai berikut.
- Memberikan keterampilan dan pengetahuan kepada seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat.
- Mengembangkan kemampuan seseorang untuk dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien.
- Membuat seseorang mampu mengembalikan fungsi-fungsi melalui latihan introspeksi yang tepat.
- Menanamkan nilai-nilai dan kepercayaan kepada seseorang yang mempunyai tugas pokok dalam masyarakat.
Di samping proses sosialisasi masyarakat juga terjadi proses enkulturasi atau proses pembudayaan, yaitu mempelajari kebudayaan sendiri dengan cara mempelajari adat istiadat, bahasa, seni, agama, dan kepercayaan yang hidup dalam lingkungan kebudayaan masyarakat.
Proses sosialisasi dan enkulturasi berlangsung dari generasi tua ke generasi muda melalui tahapan tertentu. Misalnya, seorang anak mempelajari kehidupan dimulai dari lingkungan keluarganya, meluas ke tetangga, teman sebaya, dan lingkungan sekolah.
Sosialisasi Dan Pembentukan Kepribadian
- Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses belajar berinteraksi dalam masyarakat sesuai dengan peranan yang dijalankan. Biasanya sosialisasi itu berangkai dengan kepribadian dan kebudayaan. Manusia adalah makhluk sosial, hampir semua kegiatannya dilakukan bersama dengan manusia lainnya.
Manusia sejak lahir mempunyai hasrat sosial sebagai berikut.
- Hasrat menyatu dengan masyarakat atau manusia lain yang berbeda di sekitarnya.
- Hasrat menyatu dengan lingkungan alam di sekitarnya.
Untuk menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut, manusia menggunakan akal dengan membentuk kelompok-kelompok sosial supaya dapat bekerja sama mencapai sesuatu yang diinginkannya. Misalnya menangkap ikan di sungai, berburu di hutan, membuat rumah, membuat peralatan hidup, mengerjakan tanah pertanian, dan lain-lain.
- Pembentukan Kepribadian
Proses perkembangan manusia, sebagai manusia yang berkepribadian atau makhluk sosial itu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut F.G. Robbins ada lima faktor yang menjadi dasar kepribadian itu, antara lain:
a. Sifat Dasar
Sifat dasar, merupakan keseluruhan potensi-potensi yang diwarisi oleh seseorang dari ayah dan ibunya. Sifat dasar tersebut terbentuk pada saat konsepsi, yaitu saat terjadi hubungan suami/istri. Sifat dasar yang masih merupakan potensi-potensi juga dipengaruhi faktor-faktor lainnya.
b. Lingkungan Prenatal
Lingkungan prenatal, merupakan lingkungan dalam kandungan ibu. Sel telur yang telah dibuahi pada saat terjadi hubungan suami/istri itu berkembang sebagai embrio dalam lingkungan prenatal. Pada periode prenatal ini individu mendapatkan pengaruh-pengaruh tidak langsung dari ibu.
Pengaruh-pengaruh itu antara lain:
- struktur tubuh ibu (daerah panggul), merupakan kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan bayi dalam kandungan;
- beberapa jenis penyakit, seperti: kanker, diabetes, siphilis, hepatitis, berpengaruh tidak langsung terhadap pertumbuhan bayi dalam kandungan.
- gangguan endoktrin, dapat mengakibatkan keterbelakangan perkembangan anak; dan
- shock pada saat melahirkan, dapat mempengaruhi kondisi menyebabkan berbagai kelainan seperti: cerebral, palsy, dan lemah pikiran.
c. Perbedaan Individual Atau Perbedaan Perorangan
Perbedaan individual merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi. Sejak saat anak dilahirkan oleh ibunya, anak tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik dan berbeda dengan individu lainnya. Dia bersikap selektif terhadap pengaruh dari lingkungan. Perbedaan perorangan ini meliputi perbedaan-perbedaan ciri-ciri fisik seperti warna kulit, warna mata, rambut, dan bentuk badan, serta ciri- ciri personal dan sosial.
d. Lingkungan
Lingkungan di sekitarnya, yaitu kondisi-kondisi di sekeliling individu yang mempengaruhi proses sosialisasinya. Lingkungan itu dapat dibedakan menjadi 3 sebagai berikut.
- Lingkungan alam, yaitu keadaan iklim, tanah, flora, fauna, dan sumber daya di sekitar individu.
- Lingkungan kebudayaan, yaitu cara hidup masyarakat tempat individu itu hidup. Kebudayaan ini mempunyai aspek material (rumah, perlengkapan hidup, hasil-hasil teknologi lainnya), dan aspek non materiil (nilai-nilai pandangan hidup, adat istiadat, dan sebagainya).
- Lingkungan manusia lain dan masyarakat di sekitar individu. Pengaruh manusia lain dan masyarakat di sekitarnya dapat membatasi proses sosialisasi dan memberi stimulasi terhadap perkembangannya. Peranan kondisi lingkungan tersebut tidak menentukan mutlak, tetapi membatasi dan mempengaruhi proses sosialisasi manusia. Dalam hal ini kita juga menolak kebenaran paham determinisme geografis dan determinisme ekonomi mengenai peranan kondisi-kondisi geografis dan ekonomis terhadap proses sosialisasi individu.
e. Motivasi
Motivasi adalah kekuatan-kekuatan dari dalam individu yang menggerakkan individu untuk berbuat. Motivasi ini dibedakan menjadi dorongan dan kebutuhan.
- Dorongan adalah keadaan ketidakseimbangan dalam diri individu karena pengaruh dari dalam dan luar dirinya yang mempengaruhi dan mengarahkan perbuatan individu dalam rangka mencapai adaptasi atau keseimbangan lagi. Pada diri manusia terdapat dorongan makan, minum, dan menghindarkan diri dari bahaya yang mengancamnya.
- Kebutuhan adalah dorongan yang telah ditentukan secara personal, sosial, dan kultural. Kebutuhan-kebutuhan manusia yang penting, antara lain:
a) kebutuhan bebas dari rasa takut;
b) kebutuhan bebas dari rasa bersalah;
c) kebutuhan untuk bersama dengan orang lain;
d) kebutuhan untuk berprestasi;
e) kebutuhan akan afeksi;
f) kebutuhan untuk turut serta mengambil keputusan mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut mengenai dirinya;
g) kebutuhan akan kepastian ekonomis; dan
h) kebutuhan akan terintegrasikannya sikap, keyakinan, dan nilai- nilai.
Kelima faktor yang menjadi dasar kepribadian manusia tersebut di atas dengan melalui proses aksi, reaksi, dan interaksi mempengaruhi proses sosialisasi manusia. Bayi yang dilahirkan sebagai makhluk non sosial secara perlahan-lahan mengalami proses sosialisasi berkembang menjadi manusia dewasa yang sosial dan bertanggung jawab.
Dalam proses sosialisasi tersebut tiap-tiap individu maupun kelompok selalu berpegang dan berpedoman pada nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku di sekitarnya. Nilai-nilai dan norma-norma sosial tersebut merupakan alat pembentuk kepribadian manusia, baik secara individu atau kelompok. Menurut ahli psikologi beberapa kasus menunjukkan, bahwa anak yang mengalami isolasi sosial tidak dapat berkembang sebagai pribadi sosial yang normal. Proses sosialisasi dalam rangka pembentukan kepribadian berjalan secara simultan dan terjalin satu sama lain. Ada dua dasar proses sosialisasi manusia dalam rangka pembentukan kepribadian, yaitu sebagai berikut.
a. Sifat Ketergantungan Antara Manusia Kepada Manusia Lain
Pada masa bayi dan anak-anak, individu tergantung secara biologis dan sosial pada orang lain. Bayi yang baru lahir sangat bergantung kepada orang tuanya, baik secara biologis maupun sosial. Tanpa pertolongan dan perlindungan orang tuanya, bayi akan mati. Bahkan pada masa remaja dan dewasa, manusia masih tetap bergantung secara sosial pada orang lain.
b. Sifat Adaptabilitas dan Inteligensi Manusia
Karena sifat adaptabilitas dan inteligensi itu manusia mampu mempelajari bermacam-macam bentuk tingkah laku, memanfaatkan pengalamannya, dan mengubah tingkah lakunya. Dalam kehidupan masyarakat proses sosialisasi atau belajar sosial ini merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup (life long process), bermula sejak lahir sampai mati. Dalam proses sosialisasi setiap individu mendapatkan pengawasan, pembatasan, dan hambatan dari manusia lain. Di samping itu individu juga mendapat bimbingan, dorongan, stimulasi, dan motivasi dari manusia lain. Dalam proses sosialisasi tersebut individu bersikap reseptif maupun kreatif terhadap pengaruh masyarakat dan individu lain.
Kerja sama: Kembar siam asal Salt Lake, Negara bagian Utah, AS, Maliyah-Kendra akan menjalani proses bedah untuk memisahkan tubuh mereka di Pusat Kesehatan Anak Minggu lusa. Operasi diperkirakan akan berlangsung antara 14 - 30 jam. Sejak lahir tubuh keduanya menyatu dari perut ke bawah dengan posisi berhadapan. Keduanya hanya memiliki sepasang kaki, satu hati, dan satu ginjal. Selintas kembar siam itu seperti dua anak yang berpelukan. Bisa dibayangkan betapa susahnya mereka bergerak. Di sisi lain mereka juga akur, seperti saat harus memasang sandal, seperti terlihat pada foto di atas. Anak tersebut memerlukan sosialisasi dan perhatian yang besar. (Sumber: Jawa Pos, 5 Agustus 2006)
Tahap-tahap Sosialisasi dan Fungsi Sosialisasi Dalam Pembentukan Peran dan Status Sosial
Keberhasilan sosialisasi sangat ditentukan oleh kebudayaan suatu masyarakat. Oleh karena itu, sosialisasi pada masyarakat yang satu berbeda dengan sosialisasi masyarakat yang lain. Misalnya, pola pengasuhan pada masyarakat desa berbeda dengan pola pengasuhan pada masyarakat kota. Begitu juga sosialisasi anak orang miskin berbeda dengan sosialisasi anak orang kaya.
Proses sosialisasi terjadi melalui tiga tahap sebagai berikut.
a. Tahap Pertama
Pada tahap pertama, anak mulai belajar mengambil peranan orang- orang di sekelilingnya, terutama orang yang paling dekat dengan keluarganya, seperti ayah, ibu, saudara, kakek, dan nenek.
b. Tahap Kedua
Pada tahap kedua, anak mengetahui peranan yang harus dijalankannya dan mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain. Apabila anak bermain dalam suatu pertandingan sepak bola, ia tidak hanya mengetahui apa yang diharapkan orang lain darinya, tetapi juga sesuatu yang diharapkan dari orang lain ikut bermain. Ketika bermain sebagai penjaga gawang anak juga mengetahui peranan-peranan yang dijalankan oleh pemain lain, baik kawan, lawan, wasit, hakim garis, maupun kiper.
c. Tahap Ketiga
Pada tahap ketiga, anak dianggap mampu mengambil peranan yang dijalankan orang lain dalam masyarakat luas. Misalnya, seorang anak perempuan yang telah memahami peranan yang dijalankan oleh ibunya dan memahami peranan sebagai pengurus OSIS di sekolah. Adapun fungsi sosialisasi dalam pembentukan peran dan status sosial, antara lain:
- dapat mempelajari dan menghayati norma-norma kelompok ia hidup;
- dapat mengenal lingkungan yang lebih luas di masyarakat;
- dapat mengenal peranan-peranan anggota masyarakat;
- dapat mengenal tentang status sosialnya di masyarakat;
- dapat mengembangkan kemampuannya sesuai peran dan status sosialnya.
Dengan
proses sosialisasi individu berkembang menjadi suatu pribadi atau
makhluk sosial. Pribadi tersebut merupakan kesatuan integral dari
sifat-sifat individu yang berkembang melalui proses sosialisasi.
Sifat-sifat individu tersebut mempengaruhi hubungannya dengan orang lain
dalam masyarakat.
Sumber 2
Berikut ini adalah bebeapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli.
Sumber 2
Proses sosialisasi ini erat kaitannya dengan pembentukan kepribadian karena sosialisasi adalah proses sosial
tempat seorang individu mendapatkan pembentukan sikapnya. selain itu
proses sosialisasi ini erat pula kaitannya dengan penerapan nilai-nilai
dan norma-norma sosial di dalam proses pengembangan kepribadian.
Pada pembahasan kali ini kalian akan dapat berpikir kritis, analitis
serta dapat lebih memahami tentang sosialisasi dan pembentukan
kepribadian. Untuk itu maka simaklah pembahasan berikut ini.
A. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi
adalah proses belajar yang dilakukan oleh seseorang untuk berbuat atau
bertingkah laku berdasarkan patokan yang terdapat dan diakui dalam
masyarakat. Melalui proses sosialisasi seseorang kemudian mengadopsi
kebiasaan, sikap, dan ide-ide orang lain serta dapat hidup tertib dan
taat peraturan.
Berikut ini adalah bebeapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli.
Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan
menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara
berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam
kelompoknya.
Berger
Sosialisasi adalah proses seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
Horton dan Hunt
Sosialisasi adalah suatu proses seseorang menghayati (Internalize) norma-norma kelompok tempat ia hidup sehingga timbullah diri yang unik.
B. Fungsi, Tujuan, dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sosialisasi
1. Fungsi Sosialisasi
Supaya masyarakat dapat hidup tertib dan disiplin maka perlu adanya
sosialisasi. Proses sosialisasi di lingkungan masyarakat memiliki dua
fungsi utama yaitu sebagai berikut.
- Dilihat dari Kepentingan Individu
Sosialisasi bertujuan agar individu bisa mengenal, mengakui dan
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai, norma-norma, dan struktur sosial
yang ada di dalam masyarakat sehingga dapat berperilaku tertib dan
disiplin.
Dengan cara begitu, seseorang menjadi warga masyarakat yang baik.
Pengertian warga masyarakat yang baik adalah warga yang memenuhi harapan
umum warga masyarakat lainnya. Dengan kata lain, dia mampu memenuhi
segala kewajiban dan menerima semua haknya sebagai warga masyarakat.
- Dilihat dari Kepentingan Masyarakat
Sosialisasi berfungsi sebagai sarana pelestarian, penyebarluasan, dan
pewarisan nilai-nilai serta norma-norma sosial. Dengan demikian, nilai
dan norma tetap terpelihara dari generasi ke generasi dalam masyarakat
yang bersangkutan.
2. Tujuan Sosialisasi
Apabila fungsi sosialisasi dapat berjalan dengan baik, maka diharapkan dapat memenuhi tujuan sosialisasi yaitu:
- Agar setiap orang dapat hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakat.
- Agar setiap orang dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan harapan masyarakat.
- Agar setiap orang dapat menyadari keberadaannya dalam masyarakat.
- Agar setiap orang mampu menjadi anggota masyarakat yang baik.
- Agar masyarakat tetap utuh. Keutuhan masyarakat dapat terjadi bila di antara warganya saling berinteraksi dengan baik.
- Memberikan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan seseorang untuk melangsungkan kehidupan di tengah-tengah masyarakat.
- Mengembangkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuan untuk membaca, menulis, dan bercerita.
- Membantu seseorang mengendalikan fungsi-fungsi organik melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat. Jadi secara umum, sosialisasi sebagai suatu proses sosial yang bertujuan untuk membentuk kepribadian.
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sosialisasi
Pada intinya, setiap manusia melakukan proses sosialisasi tanpa
terkecuali. Terlebih kita sebagai makhluk sosial yang selalu berhubungan
dengan orang lain, menuntut kita untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar melalui sosialisasi. Secara tidak langsung, proses
sosialisasi mampu membentuk kepribadian individu agar bersikap santun,
bertanggung jawab dan menghormati orang lain terdapat lima faktor yang
memengaruhi perkembangan kepribadian manusia sebagai hasil sosialisasi.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
- Sifat dasar,
- Lingkungan prental,
- Perbedaan perorangan,
- Lingkungan, dan
- Motivasi.
Jadi perkembangan kepribadian kita dipengaruhi oleh beberapa faktor yang iktu membentuknya.
C. Tahapan, Jenis, dan Media Sosialisasi
1. Tahapan Sosialisasi
Supaya anak dapat hidup tertib dan disiplin maka sejak kecil harus
diperkenalkan pada beberapa tahapan sosialisasi. Berikut ini adalah
tahapan dalam proses sosialisasi, yaitu:
- Tahapan Pertama (Preparatory Stage)
Tahap pertama ini merupakan tahapan persiapan untuk pertama kali
mengenali lingkungan sosial, yaitu dimulai dengan orang-orang yang
terdekat dengan dirinya seperti ibu, ayah dan keluarga. Tahap ini juga
merupakan persiapan untuk pemahaman tentang diri.
- Tahap Kedua (Play Stage)
Tahap ini merupakan langkah kedua dari tahap pertama yaitu pada tahap
ini anak mulai dari meniru dengan lebih baik lagi atau sempurna. Selain
itu pada tahap ini anak sudah dapat memahami peranan dirinya serta apa
yang diharapkan dari dirinya dan peranan yang dimiliki orang lain.
Sebagai contoh, anak laki-laki sering meniru pola tingkah laku ayahnya
seperti mencangkul, pertukangan dan perbengkelan. Ketika anak mulai
bergaul dengan anak lainya maka ia berperan sebagai teman sebayanya.
Pada tahapan ini anak sudah dapat membedakan individu berdasarkan
statusnya, seperti paman, bibi, kakek, nenek, tetangga dan guru.
- Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
Pada tahapan ini, anak mulai bersikap mandiri dan memiliki ego
berdasarkan kesadaran diri. Tingkat interaksi pada tahap siap bertindak
ini meningkat sehingga anak mampu mengambil peranan dalam masyarakat
yang lebih luas. Kemampuan untuk menyesuaikan dan menempatkan dirinya
semakin jelas, serta kemampuan untuk menerima atau menyesuaikan dengan
nilai dan norma yang berbeda di luar keluarganya pun dapat dijalaninya
dengan kesadaran sebagai bagian aktif dari masyarakat.
- Tahap Penerimaan Norma Kolektif
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata
lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang
berinteraksi dengannya, tetapi juga dengan masyarakat secara luas.
Dengan demikian seseorang tidak mungkin dapat dipisahkan dengan
lingkungan masyarakat. Pada keduanya terjalin hubungan timbal balik yang
saling menguntungkan. Lingkungan masyarakat berperan terhadap seseorang
dalam proses mengenal, meniru, dan menyesuaikan diri dengan sistem
nilai dan sistem norma yang berlaku di tengah-tengah masyarakat.
Sebaliknya, sistem nilai dan sistem norma yang ada dalam kehidupan
masyarakat tersebut akan lestari jika proses sosialisasi pada seseorang
berlangsung dengan baik.
2. Jenis Sosialisasi
Sosialisasi dapat dilakukan sejak dimulai dari lingkungan yang paling
dekat hingga berkembang ke lingkungan sosial yang lebih luas. Tahapan
proses sosialisasi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis
sebagai berikut.
- Sosialisasi Primer
Sosialisasi primer merupakan sosialisasi pertama yang dijalani individu
semasa kecil sampai ia menjadi anggota masyarakat. Sosialisasi primer
berlangsung mulai balita, anak-anak, dalam teman sepermainan, dan
memasuki masa sekolah. Dalam tahap tersebut, peran orang-orang yang
terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan
pola interaksi secara terbatas.
- Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder terjadi setelah sosialisasi primer berlangsung,
namun sosialisasi primer merupakan dasar dari sosialisasi sekunder.
Sosialisasi ini berlangsung di luar keluarga. Dalam proses sosialisasi
sekunder, anak akan mendapat berbagai pengalaman yang berbeda dengan
keluarga.
3. Media Sosialisasi
Telah kita ketahui bersama bahwa sosialisasi merupakan suatu proses yang
berkaitan erat dengan proses belajar berinteraksi dalam masyarakat.
Terjadinya proses sosialisasi melalui suatu perantara. Dengan adanya
perantara-perantara ini, menjadikan proses sosisalisasi berjalan lancar.
Perantara sosialisasi inilah yang dikenal sebagai media sosialisasi.
- Keluarga
Keluarga mempunyai fungsi dan pengawasan sosial. Keluarga memberi
pengertian kepada anak tentang peranannya, baik dalam keluarga maupun di
luar keluarga atau dalam masyarakat. Oleh karena seseorang dalam
berhubungan selalu dengan orang lain, dan dalam hubungan itu diperlukan
kebiasaan yang telah teratur. Misalnya cara makan, cara berpakaian, cara
dan waktu untuk tidur agar tetap sehat dan segar.
- Teman Bermain
Teman bermain disebut juga kelompok sebaya, terdiri atas tetangga dan
teman sekolah. Teman bermain tersebut merupakan tempat sosialisasi yang
sangat berpengaruh bagi anak setelah keluarga. Di sini anak mulai
belajar berbagai nilai, norma, dan kemampuan-kemampuan baru yang mungkin
berbeda dengan hal yang sudah diperolehnya dalam lingkungan keluarga.
- Sekolah
Di sekolah seorang anak akan belajar mengenai hal-hal baru yang tidak ia
dapatkan di lingkungan keluarga maupun teman sepermainannya. Selain itu
juga belajar mengenai nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
sekolah, seperti tidak boleh terlambat waktu masuk sekolah, harus
mengerjakan tugas atau PR, dan lain-lain. Sekolah juga menuntut
kemandirian dan tanggung jawab pribadi seorang anak dalam mengerjakan
tugas-tugasnya tanpa bantuan orang tuanya.
- Media Massa
Berbagai pesan, peristiwa, berita dari media massa mempunyai peranan
sangat penting dalam proses transformasi nilai dan norma-norma baru
kepada masyarakatnya. Apa yang ditonton, didengar, dan dibaca dapat
memengaruhi perilaku warga masyarakat ke arah yang bersifat positif atau
negatif. Termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak
(surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi,
video, film). Besarnya pengaruh media sangat bergantung pada kualitas
dan frekuensi pesan yang disampaikan.
D. Pengertian, Faktor Pembentuk, dan Tahap-Tahap Pembentukan Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
Pada dasarnya, kepribadian diartikan sebagai suatu kebiasaan dan sikap
yang bersifat tetap serta menjadi karakteristik dalam diri seseorang
misalnya jujur, rajin dan tekun. Kepribadian menentukan bagaimana
seseorang berpikir, merasa, dan bertindak dalam kehidupan
sehari-harinya.
Berikut ini adalah konsep dan pengertian tentang kepribadian yang telah diberikan oleh beberapa ahli.
- Menurut Koentjaraningrat
Kepribadian adalah beberapa ciri watak yang diperlihatkan seseorang
secara lahir, konsisten, dan konsekuen. Setiap manusia melakukan proses
sosialisasi. Proses sosialisasi berlangsung selama manusia masih hidup
di dunia ini. Melalui proses sosialisasi, kepribadian seseorang individu
dapat terbentuk dalam bertingkah laku, sehingga individu memiliki
identitas khusus yang berbeda dengan orang lain. Adanya kepribadian
dalam diri seseorang tidaklah semata-mata diperoleh sejak lahir, namun
lingkungan sosial ikut berperan dalam pembentukannya. Dalam hal ini,
kepribadian seseorang diperoleh karena adanya proses sosialisasi di mana
individu belajar dari lingkungan sosial sedikit demi sedikit, bagaimana
bertingkah laku dan mengenal kebudayaan masyarakat. Misalnya, anak
belajar bergaul, menghormati orang tuanya, menghormati hak milik orang
lain, berlaku jujur, rajin beribadah, dan lain-lain.
- Menurut George Herbert Mead
Kepribadian manusia terjadi melalui perkembangan diri. Perkembangan
kepribadian dalam diri seseorang berlangsung seumur hidup. Menurutnya,
manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia akan
berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat.
- Menurut Theodore R. Newcombe
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
- Menurut Roucek dan Warren
Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu.
- Menurut Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan
sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian
situasi.
- Menurut Robert Sutherland
Kepribadian merupakan abstraksi individu dan kelakuannya sebagaimana
halnya dengan masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian kepribadian
digambarkan sebagai hubungan saling memengaruhi antara tiga aspek
tersebut.
Kesimpulan dari berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa
kepribadian sesungguhnya merupakan integrasi dari kecenderungan
seseorang untuk berperasaan, bersikap, bertindak, dan berperilaku sosial
tertentu.
Dengan demikian, kepribadian memberi watak yang khas bagi individu dalam
kehidupan sehari-hari. Kepribadian bukanlah perilaku, namun
kepribadianlah yang membentuk perilaku manusia, sehingga dapat dilihat
dari cara berpikir, berbicara, atau berperilaku. Kepribadian lebih
berada dalam alam psikis (jiwa) seseorang yang diperlihatkan melalui
perilaku.
2. Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian
Adanya perbedaan kepribadian setiap individu misalnya jujur, bertanggung
jawab dan disiplin sangatlah bergantung pada faktor-faktor yang
memengaruhinya. Kepribadian terbentuk, berkembang, dan berubah seiring
dengan proses sosialisasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut.
- Faktor Biologis
Beberapa pendapat menyatakan bahwa bawaan biologis berpengaruh terhadap
pembentukan kepribadian. Semua manusia yang normal dan sehat memiliki
persamaan biologis tertentu, seperti memiliki dua tangan, panca indra,
dan sebagainya. Persamaan biologis ini membantu menjelaskan beberapa
persamaan dalam kepribadian dan perilaku semua orang. Namun setiap
warisan biologis seseorang bersifat unik. Artinya, tidak seorang pun
yang mempunyai karakteristik fisik yang sama, seperti ukuran tubuh,
kekuatan fisik, atau kecantikan. Bahkan, anak kembar sekalipun pasti ada
perbedaan itu.
Perhatikan teman di sekeliling kalian, adakah di antara mereka yang
memiliki kesamaan karakteristik fisik? Faktor biologis yang paling
berpengaruh dalam pembentukan kepribadian adalah jika terdapat
karakteristik fisik unik yang dimiliki oleh seseorang. Setiap warisan
biologis seseorang bersifat unik, hal ini berarti bahwa tidak seorang
pun yang mempunyai karakteristik fisik yang sama. Sebagian masyarakat
menilai bahwa kepribadian seseorang tidak lebih dari penampilan warisan
biologisnya. Karakteristik kepribadian seperti ketekunan, ambisi,
kejujuran, dan kriminalitas dianggap timbul dari
kecenderungan-kecenderungan turunan. Perlu dipahami bahwa faktor
biologis yang dimaksudkan dapat membentuk kepribadian seseorang adalah
faktor fisiknya dan bukan warisan genetik. Kepribadian seseorang anak
bisa saja berbeda dengan orang tua kandungnya bergantung pada pengalaman
sosialisasinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian tidak
diturunkan secara genetik, tetapi melalui proses sosialisasi yang
panjang.
- Faktor Geografis
Faktor lingkungan menjadi sangat dominan dalah memengaruhi kepribadian
seseorang. Faktor geograifs yang dimaksud adalah keadaan lingkungan
fisik (iklim, topograif, sumber daya alam) dan lingkungan sosialnya.
Keadaan lingkungan fisik atau lingkungan sosial tertentu memengaruhi
kepribadian individu atau kelompok karena manusia harus menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.
Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia
harus menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu,
dengan sendirinya pola perilaku masyarakat dan kebudayaannya pun
dipengaruhi oleh alam. Misalnya orang yang hidup di pinggir pantai
dengan mata pencaharian sebagai nelayan mempunyai kepribadian yang
berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pertanian. Mereka memiliki
nada bicara yang lebih keras daripada orang-orang yang tinggal di daerah
pertanian, karena harus menyamai dengan debur suara ombak. Hal itu
terbawa dalam kehidupan sehari-hari dan telah menjadi kepribadiannya.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa faktor geografis sangat memengaruhi
perkembangan kepribadian seseorang.
- Faktor Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap perilaku dan kepribadian
seseorang, terutama unsur-unsur kebudayaan secara langsung memengaruhi
individu. Kebudayaan dapat menjadi pedoman hidup manusia dan alat untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Oleh karena itu, unsur-unsur kebudayaan
yang berkembang di masyarakat dipelajari oleh individu agar menjadi
bagian dari dirinya dan ia dapat bertahan hidup. Proses mempelajari
unsur-unsur kebudayaan sudah dimulai sejak kecil sehingga terbentuklah
kepribadian-kepribadian yang berbeda antarindividu ataupun antarkelompok
kebudayaan satu dengan lainnya.
Kita tahu bahwa antara manusia, alam, dan kebudayaan mempunyai hubungan
yang sangat erat dan saling memengaruhi. Manusia berusaha untuk mengubah
alam agar sesuai dengan kebudayaannya guna memenuhi kebutuhan hidup.
Misalnya manusia membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian.
Sementara itu kebudayaan memberikan andil yang besar dalam memberikan
warna kepribadian anggota masyarakatnya.
Di samping keadaan alam memengaruhi kebudayaan, maka kebudayaan pun bisa
memengaruhi alam. Perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat
memengaruhi kepribadian seseorang. Misalnya kebudayaan petani,
kebudayaan kota, dan kebudayaan industri tertentu memperlihatkan corak
kepribadian yang berbeda-beda.
Di masyarakat kadang-kadang terdapat karakteristik kepribadian umum,
namun tidak berarti semua anggota masuk di dalamnya. Kepribadian umum
merupakan serangkaian ciri kepribadian yang dimiliki oleh sebagian besar
anggota kelompok sosial yang bersangkutan.
- Pengalaman Kelompok
Sepanjang hidup seseorang bergabung dalam kelompok-kelompok tertentu
yang dijadikannya sebagai model untuk gagasan atau norma-norma dan
perilaku seseorang. Mula-mula kelompok keluarga adalah kelompok yang
penting, karena kelompok keluarga adalah kelompok yang akan dimiliki
sepanjang hayat oleh seorang individu. Ciri-ciri kepribadian dasar dari
individu dibentuk dalam lingkungan keluarga. Kelompok yang kedua yaitu
kelompok sebaya/persamaan (Peer Group) yakni kelompok lain yang sama usia dan statusnya, menjadi penting sebagai kelompok referense.
Kegagalan seorang anak untuk mendapatkan pengakuan sosial seperti ini
sering diikuti oleh pola penolakan sosial dan kegagalan sosial seumur
hidup.
- Pengalaman Unik (Unique Experience)
Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain,
walaupun orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam
kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula.
Mengapa demikian? Walaupun mereka pernah mendapatkan pengalaman yang
serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam beberapa hal lainnya.
Pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ada pengalaman siapa pun
yang secara sempurna menyamainya. Menurut Paul B. Horton,
pengalaman tidaklah sekedar bertambah, akan tetapi menyatu. Pengalaman
yang telah dilewati memberikan warna tersendiri dalam kepribadian dan
menyatu dalam kepribadian itu, setelah itu baru hadir pengalaman
berikutnya.
Setiap kepribadian berbeda dari setiap masyarakat. Setiap masyarakat
mengembangkan satu atau lebih jenis kepribadian dasar yang cocok dengan
kebudayaannya. Setiap kebudayaan membentuk kepribadian yang cocok dengan
kepribadiannya. Sejak saat kelahiran, seorang anak diperlakukan dalam
cara-cara yang membentuk kepribadian. Setiap kebudayaan menyediakan
seperangkat pengaruh umum, yang sangat berbeda dari masyarakat ke
masyarakat. Pengaruh kebudayaan yang lebih langsung pada individu yang
sedang berkembang, kita memiliki sederetan variasi yang tidak terbatas
dalam tingkatan di mana ia dididik secara sadar, diberi atau tidak
diberi kesiapan tanggung jawab yang dibebankan terhadapnya secara sadar.
Setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda yang akan berpengaruh
terhadap perkembangan kepribadian masyarakatnya. Setiap kebudayaan
menekankan serangkaian pengetahuan umum terhadap individu yang tumbuh di
bawah kebudayaan itu. Pengaruh-pengaruh ini berbeda dari satu
kebudayaan ke kebudayaan lainnya tetapi semuanya merupakan denominator
pengalaman bagi setiap orang yang termasuk ke dalam masyarakat tertentu.
3. Tahap-Tahap Pembentuk Kepribadian
Seseorang dapat memiliki kepribadian yang santun, jujur dan ramah,
jika dia telah melewati tahap-tahap dalam pembentukan kepribadiannya.
Seseorang belajar menjadi anggota keluarga atau masyarakat melalui
proses sosialisasi. Dalam sosialisasi orang menerima dan menyesuaikan
diri dengan unsur-unsur dari faktor lingkungan sosial. Sosialisasi
bermula dari lingkungan keluarga, kemudian meluas, lambat laun membuat
seseorang merasa menjadi bagian masyarakat. Perasaan 'menjadi bagian'
terjadi setelah dia berhasil menerima dan menyesuaikan diri dengan
nilai-nilai dan unsur-unsur kebudayaan di sekitarnya.
Apabila masyarakat berubah, dia pun akan menyerap dan menyesuaikan diri
dengan nilai-nilai baru yang muncul bersama perubahan itu. Sosialisasi
berlangsung seumur hidup manusia, secara bertahap, bukan seketika.
Sedikit demi sedikit pengalaman seseorang bertambah, nilai-nilai dan
norma-norma sosial mengalami proses internalisasi.
George Herbert Mead menyatakan bahwa kepribadian manusia terjadi
melalui perkembangan diri. Perkembangan kepribadian dalam diri seseorang
berlangsung seumur hidup. Menurutnya, manusia yang baru lahir belum
mempunyai diri. Diri manusia akan berkembang secara bertahap melalui
interaksi dengan anggota masyarakat. Mead mengemukakan pengembangan diri atau kepribadian seseorang berlangsung melalui beberapa tahap.
- Tahap Peniruan (Imitation Stage)
Tahap ini merupakan tahap permulaan di mana seorang bayi menanggapi
orang lain hanya sebagai bentuk imitasi atau peniruan. Mereka mengikuti
perilaku-perilaku tertentu tanpa mengetahui maksud perilaku tersebut.
Mereka belum mampu menggunakan simbol-simbol sehingga Mead menyimpulkan
bahwa pada tahap ini seorang bayi belum memiliki diri.
- Tahap Bermain (Play Stage)
Pada tahap ini, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang
yang berbeda di sekitarnya. Misalnya, menirukan peran yang dijalankan
orang tuanya atau orang dewasa lain yang sering berinteraksi dengannya,
seperti kakak, nenek, polisi, dokter, sopir, dan lain-lain.
Dalam permainan yang dilakukan, kesadaran diri anak mulai terbentuk.
Mereka memahami siapa dirinya, siapa orang tuanya, dan siapa saja
saudara-saudaranya. Dia mulai menyadari, bahwa dirinya mungkin anak
kedua dalam keluarganya. Sebagai anak kedua, dia menyadari bagaimana
seharusnya bersikap kepada kakak atau adiknya. Sebagai anak, dia
mengharapkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Dia pun menyadari
sikap-sikap yang seharusnya ditunjukkan kepada kedua orang tuanya. Pada
tahap ini anak mampu menempatkan diri sebagaimana seharusnya dan mampu
menempatkan diri pada posisi orang lain.
- Tahap Bermain Peran (Game Stage)
Memasuki tahap ini, seorang anak mulai mengurangi proses peniruan.
Mereka secara langsung mulai berani memainkan peranan dirinya dengan
penuh kesadaran. Kemampuannya dalam menempatkan diri pada posisi orang
lain pun meningkat. Peningkatan itu ditunjukkan dengan adanya kemampuan
untuk bermain dalam kelompok atau tim. Permainan yang menunjukkan kerja
sama dalam tim antara lain permainan sepak bola, bola voli, dan
lain-lain. Keterlibatan seseorang berperan dalam tim meningkatkan
kemampuan bekerja sama dan tumbuh rasa kebersamaan dalam kelompok. Rasa
kebersamaan akan tumbuh menjadi semangat membela keutuhan keluarga atau
kelompoknya.
Dalam hidup berkelompok, seorang memiliki banyak pasangan interaksi.
Semakin banyak teman berinteraksi, hubungan dengan orang lain semakin
kompleks. Pada tahap ini, seseorang mengalami kemantapan diri melebihi
dua tahap sebelumnya. Norma-norma di luar keluarga atau kelompoknya
secara bertahap dapat dipahami. Misalnya, timbulnya kesadaran bahwa di
rumah orang lain terdapat tata krama yang harus dihormati. Dengan adanya
kesadaran seperti itu, anak telah siap berpartisipasi aktif dalam hidup
bermasyarakat.
- Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Other)
Pada tahap ini anak telah memasuki jenjang orang dewasa dan telah mampu
mengambil peranan yang ada di dalam masyarakat. Ia mampu berinteraksi
dengan orang lain karena telah memahami peranannya sendiri serta peran
orang lain yang menjadi mitra interaksinya. Selain dapat menempatkan
diri sebagai orang lain, juga harus dapat menempatkan diri sebagai
anggota masyarakat luas. Untuk ini diperlukan sikap tenggang rasa dengan
sesama warga masyarakat. Di samping itu, tumbuh sikap saling
menghargai, kesediaan bekerja sama, dan menyadari sebagai bagian diri
warga masyarakat. Seseorang mulai memerhatikan akhlak orang lain atas
dirinya, di samping hak-haknya sendiri yang dia harapkan dipenuhi oleh
lain. Untuk itu diperlukan kesadaran akan adanya berbagai norma untuk
menjamin pergaulan hidup bersama secara harmonis di masyarakat. Pada
tahap ini pula seorang manusia telah menjadi warga masyarakat secara
penuh.
-Semoga Bermanfaat-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar